Senin, 23 Mei 2011

Express Love Through Rubik

Sebelumnya saya mau ngasih tau dulu, sebelum memposting tulisan ini saya menemukan tulisan yang mirip seperti ini, padahal sebelumnya saya gak pernah liat tulisan itu. Dan saya juga ngerasa bingung kenapa bisa sama kayak gitu. Mungkin kebetulan aja ide nya sama. Kayak anak tk – sd dari sabang sampe merauke aja yang kalo disuruh gambar pemandangan tuh pasti gunung dua, sawah, rumah pak tani dan ada matahari pagi nya. Padahal mereka gak ada niatan jiplak sama sekali, begitu juga saya.
Sekarang siapa sih yang gatau rubik?. Mulai dari anak sd sampe kakek – kakek pasti tahu rubik, permainan puzzle mekanik berbentuk kubus yang memiliki 6 sisi dan warna yang berbeda, tp kalau saya sendiri lebih suka dengan huruf2 karena ada tantangan tersendiri... apalagi nama orang yg special "walaupun khayalan sih". Tapi kalo udah diacak gak semua orang yang bisa menyelesaikannya. Kenapa ???, karena sebelum mau menyelesaikannya kita harus tahu dulu langkah – langkah nya. Ada banyak metode buat nyelesaiin rubik ini, mulai dari yang beginner sampai yang advanced. Semua bisa dipelajari dan dihapal. Minimal belajar 1 jam lah, pasti udah bisa nyelesai-in rubik ini.

Oke, sekarang masuk ke pokok permasalahan yang menjadi judul Posting kali ini.
Hidup emang gak sesimple keliatannya, dan rubik juga gak serumit keliatannya. Tapi meski rubik itu simple (bagi yang udah belajar), ada beberapa pelajaran hidup yang bisa saya dapatkan dari rubik ini. Di dalam hidup kita ini, gak ada metode yang pasti buat ngejalaninnya. Semua bisa berubah tanpa kita sangka, gak ada yang tahu kecuali Sang Pencipta. Dan kita tetap harus menjalaninya. Kadang terpaksa, kadang sukarela, dan gak jarang dengan senyuman sukacita.
Sampai sekarang, saya masih suka ketemu sama orang yang nganggap remeh saya ketika saya sedang bermain rubik. “emang lu bisa maeninnya?”, “ah, kelaguan pake maenan ginian, ini maenan orang pinter tau”, “kamu hebat kalo bisa nyelesai in kurang dari 5 menit”. Itu adalah kata – kata yang sering saya dengar ketika mereka pertama kali melihat saya bermain rubik. Sejauh itukah orang meng-underestimate saya???, seolah saya gabisa menyelesaikan puzzle ini, dari awal mereka udah meremehkan saya. Seolah berkata bahwa saya gabisa menjalani hidup, meski itu adalah hal paling simple sekalipun. Oke, ini bukan saatnya ngeluh saat mereka meremehkan saya. Ini saatnya untuk membuktikan bahwa saya bisa. Pembuktian yang akan membungkam mereka dan membuat mereka malu atas perkataan mereka sendiri. Dan saya pun menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 2 menit. Sangat menyenangkan melihat wajah mereka yang tadinya meremehkan kini menjadi takjub, kaget, tidak percaya, dan yang terutama MALU karena sebelumnya mereka sudah meremehkan saya. Saya berhasil membungkam mereka.
Ada kalanya kita lupa untuk bersyukur, entah memang benar – benar lupa atau memang karena mindset “gak usah bersyukur juga gw tetep dikasih kenikmatan kok”. Sama seperti beberapa cabang di rubik, yaitu one handed (Menyelesaikan Rubik dgn 1 tangan) dan blindfolded (menyelesaikan Rubik dengan mata tertutup). Kita di beri dua tangan, tetapi kenapa bersusah payah menyelesaikan rubik dengan satu tangan?. Kita di beri mata untuk melihat, tetapi cabang blindfolded seolah tidak mensyukurinya, dimana pada cabang ini peserta harus menyelesaikan rubik dengan mata tertutup, Aneh yahhh.....!!!!
Ketika deadline tugas kerjaan menumpuk dan kita terburu buru untuk mengerjakannya, dan ternyata hasilnya sangat tidak memuaskan, padahal kita bisa mengerjakan dengan hasil yang maksimal jika tidak mengerjakannya dengan terburu – buru. Sama seperti bermain rubik, saat merasa diburu waktu karena limit waktu yang kelewat kejam di turnamen official, solving (memutar2 Rubik) pun menjadi terburu – buru, karenanya tidak jarang saya mendapat catatan waktu yang buruk dan sangat mengecewakan. Padahal ketika latihan dirumah saya selalu mendapatkan catatan waktu yang jauh lebih baik, kenapa??. Karena ketika latihan tidak ada “deadline” sehingga saya bisa menyelesaikannya dengan tenang dan dengan emosi yang stabil, pikiran tidak akan terganggu oleh “deadline” yang memecah konsentrasi. Sama seperti hidup ini, dengan hati dan pikiran yang tenang kita bisa mendapatkan solusi terbaik dari setiap hal dan masalah yang kita hadapi.
Untuk menyelesaikan rubik kita mesti tahu dulu metode nya, kalo udah tau metodenya baru bisa menyelesaikan rubik ini. Yang baru awal – awal main memang sering salah melakukan eksekusi algoritmanya. Tetapi sampai sekarang pun saya masih suka melakukan kesalahan – kesalahan itu. Padahal saya udah tau metode nya, tapi masih sering salah. Buat menyelesaikan masalah yang udah tahu metode penyelesaiannya aja masih sering salah, apalagi yang belum saya tahu??. Padahal di hidup ini gak ada metode yang pasti untuk menyelesaikan masalah – masalah yang muncul selama perjalanannya Meski ini hanya sebuah “mainan”, tetapi saya malah menemukan beberapa pelajaran hidup dari “mainan” ini.
Intinya memperbaiki yang telah berantakan, walaupun pada akhirnya merusak kembali susunan yg telah terselesaikan...... Hufftttt.....!!!!!

8 komentar:

Anonim mengatakan...

huff msh kurang...

Anonim mengatakan...

sabar, orang sabar di sayang khayalan.....

Anonim mengatakan...

maya ku... heheeeeee...

Anonim mengatakan...

Hahahahaha......

Hendra mengatakan...

kasihan bgt blokku ???? paling sepi diantara sekian banyak blok...
tp gpp... tetap semangat... buat yg telah komentar makasih yahh... aq doain cepat dapat jodoh bagi yg "jomblo", rejeki yang melimpah bagi kalian semua.....
Amin...

Anonim mengatakan...

ammiiiiinnnnnn

Anonim mengatakan...

merinding denger na...

Raden Yuri Andrian mengatakan...

Kk kapan mati... Hiks

Posting Komentar

Jangan lupa komentar anda